Foul Love Story – Foul 2

before–

” Untuk apa kau capek-capek melakukannya,kau kan bisa melakukan pekerjaan yang lebih penting misalnya membantu Yoojin onnie atau apa. Aku bisa pulang sendiri. Aku bukan anak kecil lagi. Aku tak perlu dibantu terus.” ucap Narin ketus.

Donghae menghela nafas. “Bagiku ini juga penting Rin. Aku senang melakukannya, jadi biarkan aku melakukannya.”

“Terserahmu sajalah.”

***

Foul Love Story – Foul 2

“Onnie, aku ingin bekerja.”

Dua pasang mata itu menatap Narin. Mereka sedang ada di rumah keluarga Lee. Selalu bertiga saja, karena Lee Ahjussi dan Lee Ahjumma tidak tinggal disitu. Mereka tinggal di Daegu menjalankan sebuah restoran yang lumayan terkenal disana. Mereka hanya datang sesekali saja.
“Kau serius Narin-ie?” Yoojin bertanya. Narin pun mengangguk. Dia sudah mantap ingin bekerja. Tak ingin selalu membebani keluarga Lee lagi.

“Tapi kau kan masih harus kuliah Rin!!” Kali ini Donghae yang keberatan.

“Hmm, tapi aku masih punya banyak waktu. Kuliah sudah tidak sepadat kemarin, jadi aku punya banyak waktu senggang.”

Yoojin datang mendekat lalu duduk di sebelah Narin. “Kau sedang butuh uang Rin??” tanya Yoojin dengan nada prihatin. Inilah yang tidak disukai Narin. Mereka terlalu baik padanya. Terlalu mencemaskannya. Dia merasa tak pantas diperlakukan seperti ini.

“Tentu saja aku butuh uang onnie. Aku kan harus menghidupi diriku, membayar uang kuliahku dan lainnya. Aku tak bisa hanya mengandalkan uang asuransi orang tuaku dan terus-menerus menyusahkan kalian, makanya aku ingin bekerja.” jawabnya mantap.

“Tapi kan kami masih bisa membantumu Rin, kau tak perlu sampai harus bekerja seperti ini.” sanggah Donghae tampak benar-benar keberatan.

Narin menggeleng. “Aku tak bisa selalu minta bantuan kalian Hae. Aku ingin bisa sendiri. Aku bukan anak kecil yang harus dibantu terus-terusan.”

Yoojin akhirnya menyerah. “Baiklah kalau itu memang maumu, di cafe tempatku bekerja memang sedang ada lowongan, nanti kucari tahu.”

“Jeongmalyo onnie??” tanyanya penuh harap. Yoojin  mengangguk.

“Tapi noona…” sela Donghae tidak senang.

“Kamsahamnida Onnie, Saranghaeyo….”

***

Donghae menggerutu kesal. Sekali lagi mereka mengabaikanku, pikirnya. Huh.., kenapa mereka tak pernah mau mendengarkanku. Tentu saja aku keberatan dia bekerja. Dia kan masih harus kuliah pagi, lalu nanti harus bekerja dari sore sampai malam. Dia pasti akan kurang istirahat. Apalagi dengan nafsu makannya yang memprihatinkan itu, aku tak mau dia sakit.

Sejak kepergian orang tua Narin tiga tahun yang lalu, sejak melihat dia menangis dengan begitu menyedihkannya, Donghae telah  berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga Narin bagaimanapun caranya. Dia tidak ingin Narin sakit, terluka atau apapun itu. Bukan karena kasihan tapi karena memang Donghae sangat menyayanginya. Dia ingin selalu melindungi Narin. Tapi Donghae merasa kalau Narin tidak pernah mendengarkannya, selalu saja mengabaikan perkataannya,

Sekarang sudah pukul 8 malam, Ini hari pertama Narin bekerja dan Donghae ingin menjemputnya. Tentu saja bukan karena Narin yang minta, karena itu takkan pernah terjadi. Donghae masuk kedalam. Pegawai disini sudah mengenalnya karena ia memang sudah sering datang bila Yoojin noona-nya minta dijemput. Dan lagi dia dekat dengan yang punya cafe ini, Lee Hyukjae. Dia namjachingunya Yoojin.

Saat masuk kedalam, Donghae terkejut saat melihatnya. Kyuhyun. Dia ada disini dan memakai seragam. Donghae mengutuki dirinya, bagaimana bisa dia melupakan hal ini. Kyu kan juga bekerja disini. Ya!! Lee Donghae pabo. Bagaimana ini?? Bisa-bisa Narin semakin dekat dengan Kyu, bagaimana dengan Hyuna?? bagaimana dengan… Dia??

“Ya!! Hyung, kenapa kau berdiri saja??”. Donghae tersadar dan mendapati Kyu dihadapannya melambai-lambaikan tangan.

“Ah Kyu, kau sedang ada shift??”tanya Donghae basa-basi.

“Ne hyung, aku sekarang selalu shift malam, mulai sekarang aku akan bersama Narin, untung saja dia masuk jadi aku punya teman sekarang.” jawab Kyu senang. “Kau tau dia kerja disini kan Hyung??”

“Tentu saja. Aku memang datang untuk menjemputnya.” jawab Donghae sedikit kesal. Dia cemburu saat Kyu bilang bahwa dia akan ada shift yang sama dengan Narin. Ya! Lee Donghae pabo, Kyu kan sudah punya Hyuna, tak mungkin dia suka pada Narin. Mereka hanya teman. Tapi kan Narin menyukai Kyu, bagaimana kalau lama-kelamaan Kyu jadi terbiasa dengan Narin lalu mereka jadi… Andwe-

“Ya!! Hyung, kau melamun lagi.” ucapan Kyu menyadarkannya dari perdebatan singkatnya dengan otaknya sendiri.

“Ah tidak, mana Narin?? Kau melihatnya??” tanya Donghae sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

“Sepertinya dia masih di ruang ganti, tunggu saja sebentar lagi Hyung. Oh ya,Yoojin noona tidak ada disini Hyung, tadi dia ke kantor cabang bersama Hyukjae Hyung.”

“Baiklah biar aku tunggu disini saja, soal Yoojin noona aku sudah tau makanya aku tidak menanyakannya”

“Ah geure?? Oh ya, kau mau minum hyung? Biar aku buatkan.” tawar Kyu.

“Tidak usah. Aku sudah-”

“Kyu, aku pulang duluan.” Perkataan Donghae disela oleh ucapan Narin. Dia datang sambil menunduk merapikan tasnya dan tak melihat Donghae.

“Oh Narin-ah, Donghae hyung sudah menunggumu dari tadi.” Ucapan Kyu membuat Narin mendongak dan melihat Donghae. Donghae langsung saja memberikan senyumnya yang paling manis pada Narin dan melambaikan tangan.

“Hai, ayo pulang, kau sudah makan?” sapa Donghae, namun seperti Donghae hanya bisa menghela nafas, Narin tidak pernah menjawabnya.

“Untuk apa kau kesini? Yoojin onnie tidak ada disini. Dia ada di kantor cabang bersama Hyukjae oppa.”

“Hyung, Narin-ah, aku mau ganti baju dulu. Kalian pulanglah. Annyeong.” ucap Kyu. Donghae benar-benar lupa Kyu masih ada disitu.

“Oh Kyu, Annyeong. Sampai jumpa besok.” sahut Narin tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Kyu dan matanya tak lepas memandangi punggungnya yang mulai menjauh, tak sadar Donghae memperhatikannya.

“Sampaikan salamku pada Hyuna, Kyu” balas Donghae keras berharap Narin sadar bahwa dia menyebut nama Hyuna.

“Nde Hyung, Narin-ah. Josimhaeyo.”

***

“Ya!! apa Yoojin onnie lupa memberitahumu kalau dia ke kantor cabang hari ini??” tanya Narin pada Donghae.

“Tidak, aku kesini untuk menjemputmu.”

“Untuk apa kau menjemputku? Aku bisa pulang sendiri. Aku bukan anak kecil lagi.” lagi-lagi Narin mengeluarkan kalimat andalannya. Donghae menghela nafas.

“Kenapa sih kau selalu bertanya setiap aku menjemputmu?? Aku kan sudah bilang aku suka menjemputmu, dan aku ingin melakukannya. Jadi biarkan aku melakukannya.”

“Tapi kan memang aku tak pernah menyuruhmu untuk menjemputku.”

“Bukankah kau seharusnya senang?? Seorang lelaki memang harus selalu menjaga orang yang disukainya kan?? Seperti itulah dibuku-buku yang sering kubaca.” jawab Donghae polos.

Narin memutar bola matanya.” Berhentilah membaca buku-buku seperti itu Donghae-ya, kau bukannya jadi romantis malah menyebalkan.”

“Ya sudah-sudah, pakai ini”Donghae memberikan jaket tebal yang dibawanya dan memakaikan sarung tangannya pada Narin. Narin ingin menolak tapi Donghae tetap memaksanya.

“Malam ini dingin sekali, jadi jangan membantah, pakai saja. Aku tak ingin kau sakit Narin-ah”.

“Jangan berkata seperti itu, aku merinding mendengarnya.” ucap Narin cepat sambil menutup kupingnya.

“Wae?? Aku terlihat seperti pacar yang sangat romantis kan??” goda Donghae sambil mengedip-ngedipkan matanya.

“Tutup mulutmu Lee Donghae. Cepat pulang.”

***

Cuaca malam ini sangat dingin. Donghae merasa sangat lelah namun belum bisa tertidur. Noonanya sudah tertidur dari tadi, sepertinya juga sangat kelelahan. Ia memutuskan untuk membuat susu hangat sambil menonton tv, siapa tahu saja dia bisa mengantuk. Namun sama sekali tidak ada siaran yang bisa menarik perhatiannya. Diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam membuatnya teringat Narin-nya, seharian ini mereka belum bertemu sama sekali. Tadi dia tak sempat menjemput Narin karena ada yang harus dikerjakannya dikampus. Apa Narin sudah tidur ya??” batinnya.

Tiba-tiba saja suara  ketukan pintu mengagetkannya. “Onnie, buka pintunya!!” Suara Narin. Ada apa dengannya?? Malam-malam begini?? Donghae bergegas ke depan dan membuka pintu. Narin berdiri didepan pintu dengan membawa guling dan selimut kesayangannya dan dia menggigil kedinginan. Bagaimana tidak, dicuaca sedingin ini, dia hanya memakai piama tidurnya tanpa sehelai sweater atau apapun.

“Boleh aku tidur disini, Hae??” tanya Narin dengan suara yang sedikit bergetar.

Donghae menarik tangannya cepat takut Narin-nya berubah menjadi  patung es yang siap dipajang. “Pertanyaan bodoh macam apa itu?? Cepat masuk. Di luar dingin sekali” Mereka pun masuk ke ruang tengah. Donghae menggosok-gosok tangan Narin yang hampir membeku itu. “Duduklah. Kubuatkan kau susu panas. Kau mau kan??” tawar Donghae. Narin mengangguk.

“Kenapa kau tidak bilang dulu ingin tidur disini Rin? Aku kan tidak perlu mengunci pintu tadi, dan kau bisa langsung masuk tanpa perlu kedinginan seperti itu.” Donghae menyerahkan segelas coklat hangat pada Narin.

“Aku takut” gumam Narin membuat Donghae tersedak.

“Takut?? Takut apa?? Apa kau merasa ada yang tidak beres?? Apa ada pencuri atau apa??” tanya Donghae panik.

Narin menggeleng keras. “Tidak. Tidak ada pencuri atau apa. Aku hanya tiba-tiba merasa takut saja. Aku takut sendirian”

Donghae mengelus dadanya. “Kau membuatku kaget saja. Kau mau kupeluk??” Donghae mendekati Narin sambil tersenyum dan membuka lebar kedua tangannya..

“Jangan macam-macam Hae-“kata Narin dengan nada mengancam. “Kalau kau tak ingin bantal ini melayang ke wajahmu.”

“Kenapa?? Bukanlah di buku-buku cerita, kalau sang gadis sedang ketakutan, maka sang pria datang dan memeluknya? Bukanlah itu sangat romantis Rin?”

“Lee Donghae, Sudah berapa kali kukatakan kepadamu, berhentilah membaca buku-buku seperti itu. Kau benar-benar jadi sangat menyebalkan. Aku bukan sepertimu. Aku tidak suka yang seperti itu..” sahut Narin dengan wajah sebal. Donghae terkikik pelan.

“Ya sudah, habiskan minumanmu dan naik ke atas. Yoojin noona sudah tidur dari tadi, jangan sampai kau membangunkannya..”

Narin menggeleng. “Aku belum mengantuk-”

“Tapi ini sudah lewat jam 11 malam, dan kau masih harus bangun pagi besok. Ayo cepat tidur!” paksa Donghae namun Narin menggeleng lagi. “Aku masih ingin disini.” jawabnya bersikeras. Donghae menyerah. Kalau sudah seperti ini tak ada lagi yang bisa dilakukannya, Narin tidak akan mau mendengarkannya.

“Ya sudah, kutemani. Tapi tidak boleh lewat dari jam 12 malam”

Mereka terdiam, tak ada yang berbicara sampai tiba-tiba- “Hae..” Narin memanggil pelan..

“Mmm??” sahut Donghae tanpa mengalihkan pandangan dari televisi.

“Tadi aku melihat Hyuna dan Kyu di cafe…”

Jleb.. Jantung Donghae berdetak kencang tiba-tiba. Diliriknya Narin. Dia berbicara sambil memejamkan matanya.

“Lalu– kau cemburu lagi melihat mereka??” tanya Donghae berusaha mengabaikan detak jantungnya.

“Eung…” Narin mengangguk. “Aku cemburu. Aku iri saat tadi Kyu memarahi Hyuna karena dia tidak makan demi diet. Aku iri saat tadi Kyu memarahi Hyuna karena tidak memakai jaket tebal padahal udara dingin. Mengapa apapun yang dilakukan Kyu untuk Hyuna selalu membuatku iri??”

Donghae meraba dadanya. Jantungnya berdetak tidak normal. Terlalu cepat sampai terasa sakit. Dia melirik Narin yang masih memejamkan matanya, entah sadar atau tidak dengan apa yang dikatakannya.

“Bo..doh, mana ada orang yang senang dimarahi??” ucap Donghae lirih tak bisa menyembunyikan getaran di suaranya.

“Tapi itu semua menunjukkan bahwa Kyu sangat menyayangi Hyuna, seperti itulah bentuk perhatian Kyu pada Hyuna. Dan aku iri melihatnya. Kyu terlihat sangat cool saat sedang seperti itu.”

“Kau tak boleh seperti ini Rin” ucap Donghae pelan. “Hyuna dan Kyu itu sahabatmu kan?? Kau tak mungkin.. Kau tak mungkin menyukai — menyukai Kyu kan Rin??” tanya Donghae ragu-ragu berharap Narin tidak marah saat dia mempertanyakan hal ini. Tapi Narin tidak lagi mendengarkan Donghae. Dia sudah masuk ke alam mimpinya.

“Sampai kapan kau mau seperti ini Rin??”

***

“Ya!! Donghae-ya,, ppalli. Kita sudah tidak ada waktu lagi. Cepat selesaikan semuanya”

Sungmin, ketua team dari proyek yang dikerjakan oleh Donghae dan teman-temannya sudah dari tadi memaksanya menyelesaikan semuanya. Sudah tiga hari ini dia terus bergadang mengerjakan proyek ini, proyek untuk tugas akhir semester mereka dan dia bertanggung jawab pada bagian finishing akhir. Seharusnya Donghae punya waktu seminggu untuk menyelesaikannya, namun ada kendala pada teman-teman yang mengerjakan tahap sebelumnya sehingga dialah yang terkena imbasnya harus mengerjakan semua dalam waktu 3 hari, membuatnya harus bergadang gila-gilaan.

“Jah , selesai… Ini semuanya” Donghae menyerahkan semua pekerjaan pada Sungmin. Semua sudah selesai hanya tinggal mengirimkan saja. Satu persatu teman-teman teamnya bersiap-siap pulang. Sudah pukul 7 malam, dan Donghae berniat untuk menjemput Narin di cafe.

“Semuanya, terima kasih atas kerjasamanya. Semoga proyek kita mendapat nilai yang bagus. Kamsahamnida. Hwaiting!!” Sungmin mengakhiri semuanya dengan pidato singkat ala ketua teamnya. Teman teman yang lain bertepuk tangan dan saling memberi semangat satu sama lain lalu beranjak pulang.

“Ya!! Donghae-ya, kau tak pulang??” tanya Sungmin menepuk bahu Donghae yang sedang membereskan tasnya.

“Hmm… Tapi aku mau ke cafe dulu menjemput Narin” jawab Donghae masih sibuk dengan tasnya.

“Narin yang itu?!” tanya Sungmin lagi. “Kau masih mengejar-ngejarnya?? Sampai kapan dia baru bisa jadi milikmu?”

“Ya!! Aku tidak pernah mengejar-ngejarnya. Sejak pertama kali aku melihatnya, saat dia pindah ke sebelah rumahku, dia sudah jadi Narin-ku. Dan akan selalu ada disampingku, tak kan kemana-mana” Donghae menepuk-nepuk dadanya.

“Narsis sekali kau ini. Mudah mudahan saja dia mau dengan orang sepertimu. Ya sudah, ayo kuantar kau ke café” Donghae mengangguk. “Nde, gomawo”

“Tapi, apa kau baik-baik saja?? Wajahmu sedikit pucat. Ini pasti karena bergadang mengerjakan proyek. Kau harus banyak tidur setelah ini Donghae-ya.” Sungmin menepuk-nepuk bahu Donghae dari belakang.

“Gwenchana.. Aku juga sudah berencana tidur seharian besok selagi kita libur.”

***

“Kau sudah selesai Rin??” tanya Donghae setelah sampai di cafe.

“Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu-” jawab Narin sambil meletakkan nampannya. Donghae tersenyum, hari ini sepertinya Narin memutuskan untuk tidak mengomelinya.

Saat ini cafe tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang muda-mudi yang mengobrol santai. Donghae juga bisa melihat Kyu yang sedang melayani tamu sambil melambai padanya yang dibalasnya dengan senyuman sekilas. Yoojin Noona-nya juga terlihat sedang sibuk di dapur membuat cheese cake andalannya. Dia memang mendapat shift malam hari ini. Dulu setiap Noona-nya dapat shift malam, Donghaelah yang bertugas menjemput. Namun, semenjak menjadi kekasih Hyukjae, dia tidak perlu repot lagi dan tugasnya beralih menjadi menjemput Narin yang beberapa waktu lalu bersikeras untuk bekerja di cafe ini.

Donghae duduk di salah satu meja cafe yang ada di sudut ruangan. Direbahkannya kepalanya di atas meja lalu dipejamkannya matanya. Tubuhnya memang sedang tidak bersahabat. Kepalanya pusing semenjak pagi dan badannya sepertinya lemas sekali. Ini memang efek bergadang gila-gilaan. Tenaganya sudah ia paksakan untuk menyelesaikan proyek tadi.

“Hae, kajja…” suara Narin yang memanggil, memaksanya bangun dan segera beranjak.

“Noona, kami pulang dulu, jangan pulang terlalu malam.” ingatnya pada Yoojin.

“Arrasso. Aku bukan anak kecil lagi. Lagipulakan aku pulang bersama Hyukjae.” Yoojin mendengus kesal.

“Justru karena itu aku mengingatkanmu. Dia berbahaya.”

“Ya!! Lee Donghae. Aku mendengarnya!!” teriak Hyukjae dari dalam ruang kantornya. Donghae mengangkat bahunya tak perduli.  “Baguslah kalau kau mendengarnya.” balasnya berteriak.

Yoojin melambai-lambaikan tangannya mencoba mengalihkan perhatian Donghae. Dongsaengnya itu memang tidak terlalu setuju hubungannya dengan Hyukjae. Dengan alasan bodoh yang tidak masuk akal karena menurutnya Hyukjae itu agak sedikit mirip monkey.

“Sudahlah, kalian juga berhati-hati di jalan. Oh ya, apa proyekmu sudah selesai Donghae-ya??”

“Eung, waeyo noona?”

Yoojin mengambilkan jaket Donghae yang terletak di meja bar dan memberikannya. “Ani. Setelah ini kau harus langsung tidur. Jangan melakukan hal yang tidak penting lagi. Sudah beberapa hari ini kau bergadang terus. Lihat, wajahmu sudah pucat. Jangan sampai sakit. Kau itu sangat cerewet kalau sakit. Merepotkan.”

Donghae mendengus kesal. “Arrassoyo.. Aku tak akan merepotkanmu lagi Noona. Kami pulang. Rin kajja, Annyeong” Donghae menarik tangan Narin dan membawanya keluar.

Narin membalikkan badannya dan melambai. “Onnie annyeong, Hyukkie oppa, annyeong” pamitnya, tak lupa “Kyunnie, sampai jumpa besok–“

-tbC-

kekeke/ketawabarengHae/
uda part 2 nih, mudah2an ada yang mau baca..
walo aneh mohon dimaklumi…

P.s/ Lagi kesel liat si Gogi yang belakangan ini rusak melulu..

And as always
Need- Need ur Comment Please—-

Love, Love and Only HaeLove,


12 thoughts on “Foul Love Story – Foul 2

    • ummmmaaaaaa……..
      Jdi malu saya…/blushing/

      gapapa dah di kritik, yang penting dibaca en dikomen/lempar enyuk/

      baca yg laen juga ya, plus dikomen lho, Harus!!/maksa/

      kekekeke— Gomawo…

  1. hahahaha alasan Donghae gak suka Hyuk karena mirip monkey??
    poor hyuk wkwkwkwk…
    bilang aja jeles Hae :p

    hae tipe cowok romantis, sementara narin suka cowok cool..
    poor hae…
    tp narin gak jeles beneran kan ya sama hyuna?

    • he-eh..
      alasan apaan itu, kayak dianya cakep aja!!! /Emanksih/
      Si hae mah tipe romantis menuju lebay…

      Jeles gak ya??
      Jeles lah, Kyu-nya keren bgt gitu.. XD

      Hehehe–

  2. Disini ada manis manisnya gitu. Wkt donge tengkar sm narin malah itu yg bikin manis. Unyuk kan mereka. Bhaq. ><
    Tp wkt donge bahas novel, pen tampol jugak itu si donge plis. Kadang yg kelewat manis itu bikin pen mutah. :v
    Tp itu cara donge kan? Oke itu cara donge. Apa yg gak buat donge! Orang ganteng bebas! :'v /?

Leave a reply to dratlxe Cancel reply