[Drabble] You, Me and Love…

Forget everything.
‘Cause this only about You, Me and Love…

 

Aku selalu senang menatapmu. Begitu takjub dengan wajah tampanmu. Terpesona dengan indahnya senyummu. Kagum pada tulang rahang yang membingkai sempurna wajahmu. Terpana pada merahnya bibirmu. Dan jatuh cinta lagi dan lagi pada dua bola mata indah berwarna hitam bening milikmu.

Aku selalu suka mendengarmu. Suka dengan suara rendahmu yang begitu lembut seakan-akan sedang berbisik, terheran dengan kekuatannya yang entah bagaimana selalu bisa menenangkanku. Aku juga suka mendengar nyanyianmu. Setiap kali kau bersenandung membuatku terpaku. Terpaku melihat bagaimana caranya ia membuat hariku berubah riang.

Aneh. Berapa kalipun aku memikirkannya tetap saja terasa aneh. Bisa melihat wajah tampanmu sedekat ini dan mendengar suara lembutmu yang ditujukan hanya padaku masih membuatku tak percaya. Seperti malam ini saat kita duduk berhadapan, dipisahkan sebuah meja penuh makan malam yang sengaja kita letakkan di taman belakang apartemenku, menikmati malam musim panas yang cerah dengan angin yang bertiup menyenangkan, aku kembali merasa tak percaya.

“Wae? Apa aku begitu tampan?”

Suara lembutmu membangunkanku dari lamunan. Kau tertawa kecil, mungkin karena melihat ekspresi terkejutku. Dengan kepala yang dimiringkan, kau memandangiku dengan bola mata indahmu itu, memaksaku untuk berkata jujur.

“Eung.” Aku mengangguk mengaku.

Kau kembali tertawa. Tawa yang tak pernah gagal membuatku terpesona.

“Apa kau yakin kau tidak punya gadis lain di luar sana?” Aku memandangimu dengan wajah serius.

Kau terdiam sejenak, Namun setelahnya tertawa, keras sekali, seakan-akan aku baru saja menceritakan lelucon padamu.

“Apa aku sebegitu tampannya malam ini?” tanyamu setelah berhasil, walau dengan susah payah, menahan tawa. “Karena kau mulai berpikiran yang aneh-aneh.”

Giliranku yang tersenyum. Aneh memang. Berapa kalipun aku memikirkannya tetap saja terasa aneh. “Karena sampai sekarang pun aku masih…”

“Belum bisa percaya kalau aku menyukaimu??” Kau melanjutkan perkataanku dan aku pun mengangguk mengiyakan.

“Apa begitu susahnya percaya kalau aku menyukaimu?” tanyamu sambil tersenyum. Tak ada tanda-tanda amarah di wajahmu.

“Sangat.” Aku mengangguk. “Sangat susah.”

Tentu saja susah. Kau adalah seorang Lee Donghae. Tak perlu kudeskripsikan, semua orang tau siapa dirimu. Beribu gadis mengenal dan memujamu dan ratusan gadis cantik mengelilingi hari-harimu, berotasi mengelilingi duniamu.

Aku, aku hanyalah gadis biasa. Gadis biasa yang hidup dalam lingkungan biasa. Gadis biasa dengan dunia yang biasa. Gadis biasa yang tak dikenal siapapun dan tak dikelilingi apapun. Aku gadis sangat biasa yang tak akan mungkin percaya saat seseorang yang begitu bersinar sepertimu datang dalam duniaku yang gelap.

“Bagian mana yang susah?” Kau memandangiku dengan matamu yang mengagumkan itu. Kemudian kau meletakkan garpu yang sejak tadi kau pegang dan menarik tanganku dan menggenggamnya erat. “Aku ada dihadapanmu dan sudah menggenggam tanganmu, apa kau masih belum percaya juga?”

Aku tersenyum kemudian menggeleng .

Kau memajukan bibir bawahmu sambil merajuk, “Aku membencimu.” ucapmu walau tanganmu justru menggenggam semakin erat tanganku, membuatku mau tak mau tersenyum.

Kemudian hening, aku memandangimu yang memainkan jari-jemariku. Kau menunduk, kini sibuk menarikan jemarimu diatas telapak tanganku, menuliskan sesuatu yang tak bisa kutebak.

“Kau tau, ” bisikmu pelan tanpa mengangkat wajahmu yang kini tampak sedih. “Kalau kau masih memikirkan soal aku seorang artis dan kau gadis biasa, itu artinya…” Kau mengangkat wajahmu dan menatapku dengan matamu yang mengagumkan itu, “Itu artinya kau berbohong saat mengatakan kau juga mencintaiku.”

Aku tersentak. Tidak. Aku tidak berbohong. Aku tidak mungkin berbohong soal yang satu itu. Aku benar-benar mencintaimu. Sangat. Kau tidak boleh meragukanku soal itu.

Kau kembali menunduk dan menuliskan sesuatu ditelapak tanganku, namun sebelum itu, aku yakin aku melihat sesuatu dibalik matamu yang mengagumkan itu. Ada luka disana. Dan aku tak suka melihatnya.

“Hae-ya, aku…”

“Tak bisakah kau membuang semua itu dari pikiranmu?” bisikmu. “Tak bisakah kau menyampingkan semua hal itu? Aku mencintaimu. Cukup itu saja yang perlu kau ingat.”

“Hae-ya, mianhae… Aku tak bermaksud membuatmu…”

“Na namja, neo yeoja, urineun sarangie isseo. Kau, aku, cinta. Hanya itu yang ada. Hanya itu yang terjadi antara kita. Tak bisakah kau memikirkan itu saja?”

“Kau… Aku… Cinta?” bisikku. Kata-kata itu seakan-akan punya makna yang begitu dalam dan membuatku tersadar. “Geurae. Kau… Aku… Cinta… hanya itu.” Aku menggumam pada diriku sendiri.

Aku tersenyum lebar. Kini akhirnya aku tau apa yang sejak tadi berkali-kali kau ukir di telapak tanganku. 사랑해.

“Nado saranghae, Hae-ya..“

Kau kini mengangkat wajahmu dan tersenyum. Senyum yang tak pernah gagal membuatku terpesona dan menatapku dengan matamu yang mengagumkan itu, yang membuatku jatuh cinta lagi dan lagi.

Karena semuanya ini hanya tentang kau, aku dan cinta.

Because all of this is only about You, Me and Love…